Blue Fire Pointer seruseru ^^: Merekayasa Sejarah Part 1

Rabu, 03 September 2014

Merekayasa Sejarah Part 1


Dalam sejarah dakwah menuju pembentukan institusi masyarakat dan negara yang islami, pemahaman atas konsep pemikiran dan transformasi operasional selalu berjalan bertahap dan seimbang. ini didasari oleh gap antara realita yang tidak bisa diubah secara otomatis begitu saja. Alam semesta terus bergerak mengalami perubahan dan perkembangan dengan tetap berlandaskan prinsip bertahap dan seimbang ini.

Indonesia – untuk menyebut suatu kawasan geografis dan demografis yang terbentang dari Sabang hingga Merauke – mengalami perjalanan dan perkembangan panjang dan rumit untuk menjadi sebuah Negara bangsa (nation state). Secara antropologis, masyarakat Indonesia bergerak dari masyarakat primitive menjadi masyarakat berperadaban (civilized). Secara sosiologis, ia bergerak dari masyarakat suku menuju masyarakat kolektif. Secara religi, ia juga bergerak dari masyarakat animis-paganis menuju masyarakat Muslim terbesar di dunia.

Fakta substansinya, proses pembentukan Indonesia sebagai suatu negara bangsa tetap diwarnai oleh pluralitas dan heterogenitas dalam berbagai aspek. Suku, bahasa, budaya, agama, aliran politik hingga fragmentasi di dalam entitas umat Islamnya sendiri. Pada titik tertentu perjalanan bangsa ini, dibangun suatu konsesus politik nasional yang kemudian dikenal sebagai ideologi (politik) negara, konstitusi, wawasan nusantara dalam bingkai NKRI dan semangat kesatuan dalam keberagaman.

Dalam konteks dinamika umat Islam – sebagai pemegang saham terbesar – juga terjadi dinamika yang kompleks dan tentunya tidak pendek. Didalamnya ada agenda-setting besar untuk memarginalkan posisi politik umat sejak awal kemerdekaan. Pada pemilu pertama tahun 1955 agenda ini makin dimatangkan dengan berbasis suara politik Islam yang ternyata lebih kecil dari suara politik partai-partai non-Islam. Polarisasi Islamis versus Nasionalis ditajamkan. Orde baru kemudian melembagakan polarisasi ini dala kebijakan fusi partai. Dan setting sejarah pun pernah memosikan Islam bukan sekedar di pinggiran, tetapi sebagai antitesa negara.

Kebangkitan gerakan dakwah yang sudah dimulai sejak era 80-an bergerak dari posisi umat seperti ini. Alam pikiran aktivis diisi dengan persepsi Islam vis a vis negara – dalam persepsi itu – dipresentasikan oleh unsur-unsur Nasionalis-Sekuler. Kondisi ini ternyata tidak berdiri sendiri. Di banyak negeri muslim ada realitas serupa. Sehingga mind-set besar gerakan Islam adalah sebagai antitesa negara dan sebagai antitesa dari kaum Nasionalis-Sekuler. Mind-set semacam inilah yang mewarnai tafsir terhadap pemikiran dan aksi dakwah serta perjuangan politik banyak aktivis gerakan Islam.

Ada satu rumus yang diajukan oleh Yusuf Qardhawi, salah seorang tokoh pemikir gerakan Islam  yang terkenal. Katanya, untuk bisa sukses dalam perjuangannya, gerakan Islam harus melakukan rekayasa sejarah. Maksudnya, geraan Islam tidak boleh terjebak ke dalam setting sejarah yang sudah dibuat dan disediakan sebelumnya. Karena itu hanya perangkap dan jebakan yang terus mengerdilkan gerakan dakwah dan posisi politik umat Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar